Kerajaan Sunda adalah kerajaan yang pernah ada antara tahun 932 dan 1579 Masehi, di bagian Barat pulau Jawa. Kerajaan ini merupakan penerus dari Kerajaan Tarumanagara, yang bercorak Hindu dan Buddha, kemudian sekitar abad ke-14 diketahui kerajaan ini telah beribu kota di Kawali serta memiliki dua kawasan pelabuhan utama di Kalapa dan Banten.
Sejarah Kerajaan Sunda berasal dari sumber primer berupa prasasti, dan sumber sekunder berupa naskah-naskah dari abad ke-17. Nama Kerajaan Sunda dapat ditemukan dari berbagai sumber, di antaranya,
Prasasti Kebon Kopi 2, tahun 932 Masehi.
Prasasti Kebonkopi 2 ditemukan di Ciaruteun Ilir, Cibungbulang, Bogor, Jawa Barat. Prasasti ini diteliti oleh arkeolog F.D.K. Bosch, yang mengemukakan bahwa prasasti ini ditulis menggunakan bahasa Melayu Kuno, dan berisi pernyataan seorang Raja Sunda, yang menduduki kembali takhtanya.
kemudian, Prasasti Sanghyang Tapak, tahun 1030 Masehi.
Menurut Prasasti Sanghyang Tapak, diketahui bahwa kerajaan Sunda dipimpin oleh Maharaja Sri Jayabhupati Jayamanahen Wisnumurti Samarawijaya Sakalabuwana Mandala Swaranindita Haro Gowardhana Wikramottunggadewa. Prasasti ini terdiri dari 40 baris yang ditulis dalam Aksara, dan bahasa Kawi pada 4 buah batu, ditemukan di tepi sungai Cicatih di Cibadak, Sukabumi. Prasasti ini sekarang disimpan di Museum Nasional dengan nomor kode, D 73, D 96, D 97 dan D 98.
lalu, ada Prasasti Batutulis, tahun 1533 Masehi.
Berdasarkan Prasasti Batutulis, disebutkan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji, di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata, sebagai raja yang bertahta di Pakuan Pajajaran. Prasasti ini dikaitkan dengan Kerajaan Sunda. Pada batu ini berukir kalimat-kalimat dalam bahasa Sunda Kuno dan aksara Kawi. Prasasti ini dibuat oleh Prabu Sanghiang Surawisesa dan menceritakan kemashuran ayahandanya tercinta.
Kerajaan Sunda merupakan kerajaan yang berdiri menggantikan kerajaan Tarumanagara yang mengalami keruntuhan. Wilayah kekuasaannya meliputi bagian barat dari pulau Jawa, dan membentang dari Ujung Kulon hingga ke Ci Sarayu dan Ci Pamali. Keterangan tentang berdirinya Kerajaan Sunda sebagai penerus Kerajaan Tarumanagara diperoleh dari naskah Wangsakerta, naskah yang oleh sebagian orang diragukan keasliannya serta diragukan sebagai sumber sejarah, karena sangat sistematis.
Berdasarkan naskah primer berbahasa Sunda kuno, Perjalanan Bujangga Manik, yang saat ini disimpan pada Perpustakaan Boedlian, Oxford University Inggris, sejak tahun 1627, batas Kerajaan Sunda di sebelah timur adalah Ci Pamali dan Ci Serayu di Provinsi Jawa Tengah. Wilayah Kerajaan Sunda membentang dari ujung barat di Pasar Talo Bengkulu, hingga ke Jatimalang Purworejo, di ujung Timur. Kerajaan Sunda yang ber ibukota di Pajajaran juga mencakup wilayah bagian selatan pulau Sumatra. Setelah Kerajaan Sunda diruntuhkan oleh Kesultanan Banten, maka kekuasaan atas wilayah selatan Sumatra dilanjutkan oleh Kesultanan Banten.
berdasarkan arkeologi dan catatan bahasa asing, berikut nama raja raja kerajaan sunda.
1, Sri Jayabhupati, memerintah pada tahun 1030 hingga 1042.
2, Niskala Wastu Kancana, memerintah pada tahun 1371 hingga 1475.
3, Sri Baduga Maharaja, memerintah pada tahun 1482 hingga 1521, bertakhta di Pakuan, Bogor sekarang.
4, Surawisesa, memerintah pada tahun 1521 hingga 1535, bertakhta di Pakuan.
5, Ratu Dewata, memerintah pada tahun 1535 hingga 1543, bertakhta di Pakuan.
6, Ratu Sakti, memerintah pada tahun 1543 hingga 1551, bertakhta di Pakuan.
7, Ratu Nilakendra, memerintah pada tahun 1551 hingga 1567, meninggalkan Pakuan karena serangan Sultan Maulana Hasanuddin dan anaknya, Maulana Yusuf.
8, Raga Mulya,memerintah pada tahun 1567 hingga 1579, dikenal sebagai Prabu Surya Kencana, memerintah dari Pandeglang.
Pada tahun 1522, Kerajaan Sunda menandatangani Perjanjian Sunda-Portugis, yang membolehkan orang Portugis membangun benteng dan gudang di pelabuhan Sunda Kelapa. Sebagai imbalannya, Portugis diharuskan memberi bantuan militer kepada Kerajaan Sunda dalam menghadapi serangan dari Demak dan Cirebon, yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda.